MAKALAH
MATA
KULIAH BAHASA INDONESIA
“PERKEMBANGAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA”
Dosen
pengampu:
Bachtiar Lutfi, S.Pd
Disusun
oleh:
Nama : Alfan Afhami
Kelas : 1B Teknik Komputer
NIM :
17040067
Program Studi :
D III Teknik Komputer
PROGRAM
STUDI D III TEKNIK KOMPUTER
POLITEKNIK
HARAPAN BERSAMA
TAHUN
PELAJARAN 2017
Kampus 1 : Jl.
Mataram No.9 Tegal 52142 Telp. 0283-352000 (/ Fax. 0283-353353
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Warahmatullahi.Wabarakatuh.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT karena atas berkah rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan .
Kami berharap semoga Makalah yang berjudul “Bahasa
Indonesia dan Sastra Indonesia” dapat bermanfaat bagi para pembaca makalah ini
dan dapat mengetahui dan memahami mengenai Bahasa Indonesia dan Sastra
Indonesia.
Makalah ini saya susun untuk turut menambah buku bacaan
perkuliahan mahasiswa Program Studi DIII Teknik Komputer. Makalah ini khusus
membicarakan tentang Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan, khususnya menyangkut
masalah pembahasan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia yang kesemuanya itu
disebabkan oleh minimnya pengetahuan saya, maka dari itu saya butuhkan saran
dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata
saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi.Wabarakatuh.
Tegal,
09 januari 2018
Penulis
MOTTO
•
Menuntut ilmu adalah taqwa, Menyampaikan ilmu
adalah ibadah, Mengulang-ulang ilmu adalah dzikir. Mencari ilmu adalah jihad.
(Imam Al-Ghazali)
•
Bagi orang yang berilmu yang ingin meraih
kebahagiaan di dunia, Maka hendaklah ia mengamalkan ilmunya kepada orang lain.
(Syekh Abdul Qodir Jelani)
•
Hidup itu tidak menghadiahkan barang apapun
kepada manusia tanpa manusia itu sendiri tidak mengenal arti apa itu bekerja
keras.
(Alfan Afhami)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................... i
HALAMAN MOTTO.............................................................................................................. ii
KATA
PENGANTAR............................................................................................................. iii
DAFTAR
ISI........................................................................................................................... iv
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................................. 2
C. Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa dan Sastra Indonesia.......................................................... 4
B. Sejarah Bahasa dan Sastra Indonesia............................................................... 7
C. Fungsi Bahasa
dan Sastra Indonesia............................................................... 16
D.Kedudukan Bahasa Indonesia.......................................................................... 19
E. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Sastra Indonesia.............................................. 21
BAB III : PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................................... 25
B. Saran................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
1. Bahasa Indonesia
Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia, baik secara lisan maupun
tertulis. Hal ini merupakan fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan
status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari
yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status bahasa tidak dapat
ditinggalkan.
Bahasa mempunyai fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang, karena dengan menggunakan bahasa seseorang juga dapat
mengekspresikan dirinya, fungsi bahasa sangat beragam. Bahasa digunakan sebagai
alat untuk berkomunikasi, selain itu bahasa juga digunakan sebagai alat untuk
mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi
tertentu dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa memang sangat penting
digunakan. Karena bahasa merupakan simbol yang di hasilkan menjadi alat ucap
yang biasa digunakan oleh sesama masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari hampir
semua aktifitas kita menggunakan bahasa. Baik menggunakan bahasa secara lisan
maupun secara tulisan dan bahasa tubuh. Bahkan saat kita tidur pun tanpa sadar
kita menggunakan bahasa.
2. Sastra Indonesia
Sastra Indonesia adalah sebuah
istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra yang berda di Indonesia. Sastra
Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang di buat di wilayah kepulauan
Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk pada sastra yang bahasa akarnya
berdasarkan bahasa Melayu (dimana Bahasa Indonesia adalah turunannya).
Periodisasi sastra adalah pembabakan
waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu.
Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang berbeda dengan
periode yang lain. Dalam periodisasi sastra Indonesia di bagi menjadi dua
bagian besar, yaitu lisan dan tulisan. Secara urutan waktu terbagi atas
angkatan Pujangga Lama, angakatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga Baru,
angkatan 1945, angkatan 1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an, angkatan
1980-1990-an, angkatan Reformasi, angkatan 2000-an.
Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mempelajari pertumbuhan
dan perkembangan sastra suatu bangsa, misalnya sejarah sastra Indonesia,
sejarah sastra Jawa dan sejarah sastra Inggris.
Dalam jangka waktu yang relatif
panjang tercatat munculnya secara besar jumlah persoalan sastra yang erat
kaitannya dengan perubahan zaman dan gejolak sosial politik yang secara
teoritis dipercaya besar pengaruhnya terhadap warna kehidupan sastra. Masalah
itu biasanya terkait dengan teori periodisasi atau pembabakan waktu sejarah
sastra.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa Bahasa dan Sastra Indonesia ?
2.
Bagaimana Sejarah Bahasa dan Sastra
Indonesia ?
3.
Apa Fungsi Bahasa dan Sastra
Indonesia ?
4.
Apa Kedudukan Bahasa Indonesia ?
5.
Bagaimana Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Sastra Indonesia
?
C.
Tujuan
a.
Untuk mendiskripsikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
b.
Untuk mengetahui Sejarah Bahasa dan
Sastra Indonesia.
c.
Untuk mengetahui Kesusastraan
Melayu Klasik dan Kesusastraan Indonesia Modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bahasa dan Sastra Indonesia
1. Pengertian bahasa
indonesia
Bahasa adalah alat komunikasi bagi
manusia, baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini merupakan fungsi dasar
bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari yang di dalamnya selalu ada
nilai-nilai dan status bahasa tidak dapat ditinggalkan.
Sampai
dengan abad XXI ini perkembangan ilmu dan
teknologi menunjukkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
Inggris sebagai bahasa internasional sangat
berperan sebagai sarana komunikasi. Dalam bidang
akademik bahasa Indonesia telah menunjukkan peranannya
dalam berbagai disiplin ilmu melalui bentuk-bentuk tulisan ilmiah seperti
makalah dan skripsi.
Pada
dasarnya interaksi dan macam kegiatan akademik tidak
akan sempurna atau berjalan dengan baik dan benar. Begitu pentingnya
bahasa sebagai sebagai sarana komunikasi
batasan atau pengertian BAHASA adalah
sarana komunikasi antar anggota masyarakat dalam menyampaikan
ide dan perasaan secara lisan atau tulis.
Konsepsi bahasa
tersebut menunjukkan bahwa sistem lambang bunyi ujaran dan
lambang tulisan digunakan untuk berkomunikasi
dalam masyarakat dan lingkungan akademik. Bahasa yang baik dikembangkan oleh
pemakainya berdasarkan kaidah-kaidahnya yang tertata dalam suatu sistem. Kaidah
bahasa dalam sistem tersebut mencakup beberapa hal berikut.
a. Sistem
lambang yang bermakna dapat dipahami dengan
baik oleh masyarakatnya.
b. Berdasarkan
kesepakatan masyarakat pemakainya, sistem bahasa itu
bersifat konvensional.
c. Lambang
sebagai huruf (fonemis) bersifat manasuka atau kesepakatan pemakainya
(arbitrer).
d. Sistem
lambang yang terbatas itu (A—Z: 26
huruf) mampu menghasilkan kata, bentukan kata, frasa, klausa, dan
kalimat yan tidak terbatas dan sangat
produktif. Sistem lambang itu (fonemis) tidak
sama dengan sistem lambang
e. Bahasa
lain seperti sistem lambang bahasa Jepang (Lambang hirakana atau silabis)
Sistem lambang bahasa itu dibentuk berdasarkan aturan yang bersifat universal
sehingga dapat sana dengan sistemlambang bahasa lain. Unsur dalam sistem
lambang tersebut menunjukkan bahwa bahasa itu bersifat unik, khas, dan dapat
dipahami masyarakat.
2.
Pengertian Sastra Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) arti kata
sastra adalah sastra adalah jenis karangan karya tulis yang unggul dalam segi
originalitas, nilai artistic, dan keindahan isi dan pengungkapannya. Sastra sendiri
berasal dari kata kesusastraan atau susastra. Su artinya indah dan sastra
artinya lukisan atau karangan. Jadi bila digabungkan arti dari susastra adalah
karangan yang indah. Kesusastraan ialah segala jenis tulisan ataupun karangan
yang memiliki nilai kebaikan dengan penulisan menggunakan bahasa yang indah dan
artisitik. Sastra didefinisikan oleh beberapa ahli, berikut adalah beberapa
ahli yang mendifinisikan sastra:
1.
Menurut Semi, sastra ialah suatu karangan yang
berasal dari aktivitas seni kreatif yang dikerjakan manusia dengan menggunakan
bahasa sebagai medianya.
2.
Menurut Panuti Sujiman, mendefinisikan sastra sebagai karya
lisan atau tulisan yang memiliki ciri berupa keindahan, artistic, dan keaslian
pada bagian isinya.
3.
Menurut Ahmad badrun, menjelaskan bahwa sastra adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan seni yang mengandalakan gaya
bahasa dengan sifat imajinatifnya.
4.
Menurut Plato, menjelaskan bahwa sastra ialah hasil
dari tiruan serta gambaran dari hal-hal yang bersifat nyata. semua karya sastra
harus berwujud teladan yang berasal dari alam semesta.
5.
Menurut Aristoteles, menjelaskan bahwa sastra ialah
kegiatan yang dilaksanaan berlandaskan agama, filsafat, serta ilmu pengetahuan.
6.
Menurut Robert Scholes, Sastra harus merupakan sebuah kata, dan tidak
mungkin sebuah benda.
7.
Menurut Wellek dan Warren (1989), sastra adalah sebuah karya seni yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a.
Sebuah ciptaan, kreasi, bukan
imitasi.
b.
Luapan emosi yang spontan.
c.
Bersifat otonom.
d.
Otonomi sastra bersifat koheren(ada
keselarasan bentuk dan isi).
e.
Menghadirkan sintesis terhadap
hal-hal yang bertentangan.
f.
Mengungkapkan sesuatu yang tidak
terungkapkan dengan bahasa sehari-hari.
Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan suatu kecakapan dalam
menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra. Jelasnya faktor yang
menentukan adalah kenyataan bahwa sastra menggunakan bahasa sebagai medianya.
Berkaitan dengan maksud tersebut, sastra selalu bersinggungan dengan pengalaman
manusia yang lebih luas daripada yang bersifat estetik saja. Sastra selalu
melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi, dan agama. Berbagai
segi kehidupan dapat diungkapkan dalam karya sastra.
Sastra dapat memberikan kesenangan atau kenikmatan kepada pembacanya.
Seringkali dengan membaca sastra muncul ketegangan-ketegangan (suspense). Dalam
ketegangan itulah diperoleh kenikmatan estetis yang aktif. Adakalanya dengan
membaca sastra kita terlibat secara total dengan apa yang dikisahkan. Dalam
keterlibatan itulah kemungkinan besar muncul kenikmatan estetis. Menurut
Luxemburg dkk (1989) sastra juga bermanfaat secara rohaniah. Dengan membaca
sastra, kita memperoleh wawasan yang dalam tentang masalah manusiawi, sosial,
maupun intelektual dengan cara yang khusus.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sastra adalah
hasil cipta manusia dengan menggunakan media bahasa tertulis maupun lisan,
bersifat imajinatif, disampaikan secara khas, dan mengandung pesan yang
bersifat relatif.
B.
Sejarah Bahasa dan Sastra Indonesia
1.
Sejarah
Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia lahir
pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok
Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah
yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3)
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal
dengan nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari
Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan
bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia
dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia
dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945
karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan
bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres
Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang
dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga
hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai
dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan
ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang),
Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi
berangka tahun 688 M (Jambi).
Prasasti itu
bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak
hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga
ditemukan prasasti berangka tahun 832M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka
tahun 942M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran
agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di
Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di
Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang
datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang
ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain,
menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen
(I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919),
Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun
(Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud
Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara,
yaitu bahasa Melayu.
Perkembangan dan
pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam,
baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh,
Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17),
seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin,
dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar
ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah
Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai
bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan
antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai
di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh
keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam
pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap
kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia,
bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu dalam perkembangannya
muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa
Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa
persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang
bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang
tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk
seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Kebangkitan nasional
telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan
politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam
memodernkan bahasa Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa
Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat
pusat maupun daerah.
2. Sejarah Sastra Indonesia
Sejarah sastra adalah ilmu yang
memperlihatkan perkembangan karya sastra dari waktu ke waktu. Sejarah sastra
bagian dari ilmu sastra yaitu ilmu yang mempelajari tentang sastra dengan
berbagai permasalahannya. Di dalamnya tercakup teori sastra, sejarah sastra dan
kritik sastra, dimana ketiga hal tersebut saling berkaitan.Selanjutnya
(Todorov; 1985: 61) mengatakan bahwa tugas sejarah sastra adalah:
a)
Meneliti keragaman setiap kategori
sastra.
b)
Meneliti jenis karya sastra baik
secara diakronis, maupun secara sinkronis.
c)
Menentukan kaidah keragaman
peralihan sastra dari satu masa ke masa berikutnya.
Ada beberapa pendapat tentang periodisasi sastra Indonesia, antara lain
sebagi berikut :
1.
Kesusastraan Melayu Klasik
Sastra
Melayu Klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu tertentu karena
hasil karyanya tidak memperlihatkan waktu. Semua karya berupa milik bersama.
Karena itu, penggolongan biasanya berdasarkan atas : bentuk, isi, dan pengaruh
asing.
a.
Kesusastraan Rakyat (Kesusastraan
Melayu Asli)
Kesusastraan rakyat/ Kesusastraan melayu asli, hidup ditengah-tengah
masyarakat. Cerita itu diturunkan dari orang tua kapada anaknya, dari nenek
mamak kepada cucunya, dari pencerita kepada pendengar. Penceritaan ii dikenal
sebagai sastra lisan (oral literature). Kesusastraan yang tumbuh tidak
terlepas dari kebudayaan yang ada pada waktu itu. Pada masa Purba (sebelum
kedatangan agama Hindu, Budha dan Islam) kepercayan yang dianut masyarakat
adalah animisme dan dinamisme. Karena itu, cerita mereka berhubungan dengan
kepercayaan kepada roh-roh halus dan kekuatan gaib yang dimilikinya. Misalnya :
v Cerita
asal-usul
v Cerita
binatang
v Cerita
Jenaka
v Cerita
Pelipur lara.
Contoh :
Mantra Memasuki hutan rimba
Hai, si
Gempar Alam
Gegap
gempita
Jarum besi
akan romaku
Ular tembaga
akan romaku
Ular bisa
akan janggutku
Buaya akar
tongkat mulutku
Harimau
menderam di pengeriku
Gajah
mendering bunyi suaraku
Suaraku
seperti bunyi halilintar
Bibir
terkatup, gigi terkunci
Jikalau
bergerak bumi dan langit
Bergeraklah
hati engkau
Hendak
marah atau hendak
membiasakan
aku.
b.
Pengaruh Hindu dalam Kesusastraan
Melayu
Pengaruh Hindu Budha di Nusantara sudah sejak lama. Menurut J.C. Leur (Yock
Fang : 1991:50) yang menyebarkan agama Hindu di Melayu adalah para Brahmana.
Mereka diundang oleh raja untuk meresmikan yang menjadi ksatria. Kemudian
dengan munculnya agama Budha di India maka pengaruh India terhadap bangsa
Melayu semakin besar. Apalagi agama Budha tidak mengenal kasta, sehingga mudah
beradaptasi dengan masyarakat Melayu. Epos India dalam kesusastraan Melayu
Ramayana : cerita Ramayana sudah dikenal lama di Nusantara. Pada zaman
pemerintahan Raja Daksa (910-919) cerita rama diperlihatkan di relief-relief
Candi Loro Jonggrang. Pada tahun 925 seorang penyair telah menyalin cerita Rama
ke dalam bentuk puisi Jawa yaitu Kakawin Ramayana. Lima ratus tahun kemudian
cerita Rama dipahat lagi sebagai relief Candi Penataran. Dalam bahasa melayu
cerita Rama dikenal dengan nama Hikayat Sri Rama yang terdiri atas 2 versi : 1)
Roorda van Eysinga (1843) dan W.G. Shelabear.
Mahabarata : Bukan hanya sekedar epos tetapi sudah menjadi kitab suci agama
Hindu. Dalam sastra melayu Mahabarata dikenal dengan nama Hikayat Pandawa. Dalam
sastra jawa pengaruh Mahabarata paling tampak dari cerita wayang.
c.
Kesusastraan Zaman Peralihan
Hindu-Islam, dan pengaruh Islam
Sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari
pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra yang berunsur Islam di
dalamnya. Contoh karya-karya sastra yang masuk dalam masa ini adalah ; Hikayat Puspa
raja, Hikayat Parung Punting, Hikayat Lang-lang Buana, dsb. Sastra pengaruh
Islam adalah karya sastra yang isinya tentang ajaran agama Islam yang harus
dilakukan oleh penganut agama Islam. Contoh karya : Hikayat Nur Muhammad,
Hikayat Bulan Berbelah, Hikayat Iskandar Zulkarnaen dsb.
Perkembangan agama Islam yang pesat di Nusantara
sebenarnya bertalian dengan perkembangan Islam di dunia. Pada tahun 1198 M.
Gujarat ditaklukkan oleh Islam. Melalui Perdagangan oleh bangsa Gujarat, Islam
berkembang jauh sampai ke wilayah Nusantara. Pada permulaan abad ke-13 Islam
berkembang pesat di Nusantara.
Pada abad ke-16 dan ke-17 kerajaan-kerajaan di
Nusantara satu persatu menjadi wilayah jajahan bangsa-bangsa Eropa yang pada
mulanya datang ke Nusantara karena mau memiliki rempah-rempah.
d.
Kesusastraan Masa Peralihan :
Perkembangan dari Melayu Klasik ke Melayu Modern
Pada masa ini perkembangan antara kesusastraan Melayu Klasik dan
kesusastraan Melayu Modern peralihannya dilihat dari sudut isi dan bahasa yang
digunakan oleh pengarangnya. Dua orang tokoh yang dikenal dalam masa peralihan
ini adalah Raja Ali Haji dari pulau Penyengat, Kepulauan Riau, dan Abdullah bin
Abdul Kadir Munsyi dari Malaka. Contoh karya Abdullah : Hikayat Abdullah, Syair
Singapura dimakan Api, ia juga menerjemahkan Injil ke dalam bahasa melayu. Contoh
Gurindam Raja Ali Haji
Gurindam pasal pertama
Barang siapa tidak memegang agama
Sekali-kali tidakkan boleh di bilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
Ia itulah orang yang makrifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tengahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat
Kurang fikir, kurang siasat
Tinta dirimu kelah tersesat
Fikir dahulu sebelum berkata
Supaya terlelah selang sengketa
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa ia berguna.
2.
Kesusastraan
Indonesia Modern
Jika menggunakan analogi ¨Sastra ada setelah bahasa ada¨ maka kesusastraan
Indonesia baru ada mulai tahun 1928. Karena nama ¨bahasa Indonesia¨ secara
politis baru ada setelah bahasa Melayu di diikrarkan sebagai bahasa persatuan
pada tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda.
Namun menurut Ayip Rosidi dan A. Teeuw, Kesusastraan Indonesia Modern
ditandai dengan rasa kebangsaan pada karya sastra. Contohnya seperti : Moh.
Yamin, Sanusi Pane, Muh. Hatta yang mengumumkan sajak-sajak mereka pada majalah
Yong Sumatera sebelum tahun 1928.
a.
Masa
Kebangkitan (1920-1945)
1.
Periode 1920 (Angkatan Balai
Pustaka)
Contoh :
Puisi M. Yamin
Bahasa, Bangsa
Selagi kecil usia muda
Tidur si anak di pangkuan bunda
Ibu bernyanyi lagu dan dendang
memuji si anak banyaknya sedang
berbuai sayang malam dan siang
buaian tergantung di tanah moyang
….
1922
2.
Periode
1933 (Angkatan Pujangga Baru)
Penamaan
periode ini di dasarkan pada munculnya majalah ¨Pujangga Baru¨ yang dikelola
oleh S.T. Alisyahbana, Armin Pane dan Amir Hamzah.
Contoh :
Puisi Amir Hamzah
Datanglah engkau wahai maut
Lepaskan aku dari nestapa
Engkau lagi tempatku berpaut
Diwaktu ini gelap gulita
(Buah
Rindu II)
3.
Periode
1942 (Angkatan 45)
Chairil
Anwar pelopor angkatan 45, nama lain pada masa ini seperti Idrus, Mochtar Lubis
dan Pramoedya A T.
Contoh Sajak Chairil :
Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati
Beta kirim datudatu!
Beta Pattirajaaawane, penjaga hutan pala
Beta api dipantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.
b.
Masa Perkembangan (1945 – sekarang)
1.
Periode
1945 (Angkatan 45 : 1942-1953)
2.
Periode
1950 (Angkatan 50 dimulai tahun 1953)
Dimasa ini ada Nugroho Notosusanto pengarang Hujan Kepagian, AA Navis
pengarang Robohnya Surau Kami, Trisnoyuwono pengarang laki-laki dan mesiu,
penyair Toto Sudarto Bachtiar, WS Rendra (juga ada yang menggolongkan ke angkatan
70)
3.
Angkatan
66
Pada tanggal 6-9 Mei 1966 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bersama
dengan KAMI dan KAPPI menyelenggarakan simposium berjudul : ¨Kebangkitan
semangat 1966 : Menjelajah Tracee Baru Lekra dan Neolekranisme¨. Dominasi
kebudayaan oleh politik, tegas-tegas ditolak. Inilah mulai dinamakannya
angkatan 66. Dari kelompok ini, majalah bulanan baru, Horison, segera terbit
sebagai suara sastranya.
4.
Angkatan
70
Tahun 1970-1990 ada beberapa sastrawan yang terkenal misalnya : Sutardji
Calzoum Bachri, Abdul Hadi W.M., Putu Wijaya.
Contoh Sajak Abdul Hadi WM : Tawangmangu
kalau kehijauan yang bangkit dari bukti-bukti
dan air terjun, dimana aku pernah lewat dan menghirup
kesegaran pagi dan kuntum melur, sekarang aku batu
yang kau angkat dari tepi sungai dan kaubiarkan abadi
seperti nyawa sekarat mengeliat, mengeliat mungkin kau
sedang menghiasku dengan retakan-retakan air hujan
dan keharuan waktu yang beragam
(dalam
Tergantung pada Angin)
C. Fungsi Bahasa dan Sastra Indonesia
1.
Fungsi
bahasa Indonesia
Fungsi bahasa yang utama dan
pertama sudah terlihat dalam konsepsi bahasa di
atas, yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa
berlaku bagi semua bahasa apapun dan dimanapun. Dalam berbagai
literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa
berikut.
a.
Fungsi ekspresi
Fungsi
pertama ini, pernyataan ekspresi diri,
menyatakan sesuatu yang akan disampaikan oleh
penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan maksud
:
·
Menarik perhatian orang
lain (persuasif dan provokatif).
·
Membebaskan diri dari
semua tekanan dalam diri seperti emosi.
·
Melatih diri untuk
menyampaikan suatu ide dengan baik.
·
Menunjukkan keberanian
(convidence) penyampaikan ide. Fungsi ekspresi diri itu
saling terkait dalam aktifitas dan interaktif
keseharian individu, prosesnya berkembang dari
masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa.
b.
Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi merupakan
fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri.
Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri.
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi
tidak akan sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh
karena itu,komunikasi tercapai dengan baik bila ekspresi
berterima, dengan kata lain, komunikasi berprasyarat pada
ekspresi diri.
c. Fungsi integrasi dan
adaptasi sosial
Fungsi peningkatan (integrasi) dan
penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu lingkungan
merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik
dalam lingkungan sendiri maupun dalam lingkungan
baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sebagai
sarana mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat).
Dengan demikian, bahasa itu merupakan
suatu kekuatan yang berkorelasi dengan kekuatan
orang lain dalam integritas sosial.
Korelasi melalui bahasa itu memanfaatkan
aturan-aturan bahasa yang disepakati sehingga
manusia berhasil membaurkan diri dan
menyesuaikan diri sebagai anggota suatu masyarakat.
d. Fungsi kontrol sosial
Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud
memengaruhi perilaku dan tindakan orang dalam masyarakat, sehingga seseorang
itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling memahami.Perilaku dan tindakan
itu berkembang ke arah positif dalam masyarakat. Hal positif itu terlihat
melalui kontribusi dan masukan yang positif.
Bahkan, kritikan yang tajam dapat berterima dengan hati yang lapang
jika kata-kata dan sikap baik memberikan kesan yang
tulus tanpa prasangka.
Dengan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat seperti keahlian bicara, penerus tradisi atau kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan penanam rasa keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat bahasanya.
Dengan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat seperti keahlian bicara, penerus tradisi atau kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan penanam rasa keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat bahasanya.
Adapun Fungsi bahasa secara khusus antara lain :
a.
Mengadakan
hubungan dalam pergaulan sehari- hari.
Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi
dengan makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan bahasa
formal dan non formal.
b.
Mewujudkan
Seni (Sastra).
Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui media seni,
seperti syair, puisi, prosa dll. Terkadang bahasa yang digunakan yang memiliki
makna denotasi atau makna yang tersirat. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman
yang mendalam agar bisa mengetahui makna yang ingin disampaikan.
c.
Mempelajari
bahasa- bahasa kuno.
Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui peristiwa atau
kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat
terjadi kembali dimasa yang akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa
keingintahuan tentang latar belakang dari suatu hal. Misalnya untuk mengetahui
asal dari suatu budaya yang dapat ditelusuri melalui naskah kuno atau penemuan
prasasti-prasasti.
d.
Mengeksploitasi
IPTEK.
Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta akal dan
pikiran yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia, maka manusia akan selalu
mengembangkan berbagai hal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu didokumentasikan supaya
manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan melestarikannya demi kebaikan
manusia itu sendiri.
2. Fungsi
Sastra Indonesia
Dalam kehidupan masyarakat, sastra juga
memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai berikut :
a.
Fungsi
rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang
menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya
b.
Fungsi
didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik
pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung
didalamnya.
c.
Fungsi
estetis, yatiu sastra mampu memberikan keindahan
penikmat/pembacanya karena sifat keindahannya.
d.
Fungsi
moralitas, yaitu sastra mampu memberikan engetahuan kepada
pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang
baik selalu mengandung moral yang tinggi.
e.
Fungsi
religius, yaitu sastra pun menghadirkan karya-karya yang
mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.
D.
Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang tercantum
didalam :
1. Ikrar ketiga
Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, “ Kami putra dan putri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
2. Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV
(Bendera, Bahasa, dan lambing Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36
menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Kedudukan Bahasa Indonesia
diidentifikasikan menjadi bahasa persatuan, bahasa
nasional, bahasa negara, dan bahasa standar.
Keempat posisi bahasa Indonesia itu
mempunyai fungsi masing-masing seperti berikut:
a. Bahasa Persatuan
Bahasa
persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu
pemersatu suku, agama, rasa dan antar
golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai
Merauke. Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan) sudah
dicanangkan dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928.
Pemuda 28 Oktober 1928.
b. Bahasa Nasional
Bahasa
Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa
Indonesia bila berkomunikasi pada dunia luar Indonesia.
Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas bagian berikut:
1. Lambang
kebanggaan kebangsaan Indonesia
2. dentitas
nasional dimata internasional
3. Sarana
hubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, dan
4. Pemersatu
lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku bangsa, dan
bahasa.
c. Bahasa Negara
Bahasa negara
adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara
untuk berbagai aktivitas dengan rincian berikut:
Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan,
1. Fungsi
bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi,
2. Fungsi
bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan bagai negara Indonesi sebagai negara
berkembang
3. Fungsi
bahsa sebagai bahasa resmi berkebudayaan
dan ilmu teknologi (ILTEK).
d. Bahasa Baku
Bahasa baku
(bahasa standar) merupakan bahasa yang digunakan
dalam pertemuan sangat resmi. Fungsi bahasa
baku itu berfungsi sebagai berikut:
a. Pemersatu
sosial, budaya, dan bahasa,
b. Penanda
kepribadian bersuara dan berkomunikasi,
c. Penambah
kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual,
d. Penanda
acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.
Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi keterkaitan antar unsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan kekuatan bangsa Indonesia dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh dan mandiri.
Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi keterkaitan antar unsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan kekuatan bangsa Indonesia dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh dan mandiri.
Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat
dikenal di mata dunia, khususnya tingkat regional ASEAN, dengan
mengedepankan posisi dan fungsi bahaasa
Indonesia, eksistensi bahasa Indonesia diperkuat dengan
latar belakang sejarah yang runtut dan argumentatif.
E.
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Sastra
Indonesia
Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang
dimaksud adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik
adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang
mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti: tema, tokoh dan penokohan,
alur dan pengaluran, latar dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur
ekstrisik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya,
menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.
1.
Unsur Intrinsik
a.
Tema dan
Amanat
Tema adalah
persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor ialah
teman yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema
yang tidak menonjol.
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh
pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna
dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan adalah
makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna
muatan ialah makna yang termuat dalam karya sastra tersebut.
b.
Tokoh dan
Penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra.
Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya ada satu tokoh
utama. Tokoh utama ialah tokoh
yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh
adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round
character).
Tokoh datar ialah tokoh
yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak
awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat ialah
tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya.
Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. dari segi kejiwaan
dikenal tokoh introvert dan ekstrovert.
Tokoh introvert
ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert
ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam
karya sastra dikenal pula dengan tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh
protagonis adalah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena
sifat-sifatnya. Antagonis adalah tokoh yang tidak disukai pembaca atau
penikmat sastra karena sifat-sifatnya.
Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-caranya
menampilkan tokoh. Ada beberapa cara menampilkan tokoh, yaitu 1). Cara analitik,
ialah cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang. Jadi,
pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. 2). Cara dramatik
ialah cara menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran
ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh lain dalam
suatu cerita.
·
Dialog ialah
cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh.
·
Dualog ialah
cakapan antara dua tokoh saja.
·
Monolog ialah bentuk
cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi.
·
Solilokui, ialah bentuk
cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.
c.
Alur dan
Pengaluran
Alur disebut juga plot, yaitu
rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu
kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian berikut:
a)
Awal, yaitu
pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
b)
Tikaian, yaitu
terjadinya konflik diantara tokoh-tokoh pelaku.
c)
Gawatan atau rumitan,
yaitu konflik tokoh-tokohnya semakin seru.
d)
Puncak,
yaitu saat puncak konflik diantara tokoh-tokohnya.
e)
Leraian,
yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan
perkembangan alur mulai terungkap.
f)
Akhir,
yaitu saat seluruh peristiwa atau konflik telah
terselesaikan.
d.
Pengaluran
Teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran
dibeakan menjadi alur erat dan alur longgar. Alur erat ialah alur yang
tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur
yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kuantitasnya, pengaluran
dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur
yang hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur yang
lebih dari satu dalam karya sastra.
Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan menjadi alur lurus dan alur
tak lurus. Alur lurus adalah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa
berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah
alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus
bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback),
atau campuran keduanya.
2.
Unsur Ekstrinsik
Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom. Karya sastra ini selalu
berhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra. Dengan sejumlah faktor
kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca sastra,
serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur
ekstrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu
sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan
bantuan-bantuan ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, dan lain-lain.
a.
Latar dan
Pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting
ini dibedakan menjadi latar material dan sosial. Latar material ialah
lukisan latar belakang alam atau lingkungan dimana tokoh tersebut berada. Latar
sosial ialah lukisan tata krama tingkah laku, adat dan pandangan hidup.
Sedangkan perlataran ialah teknik atau cara-cara menampilkan
latar.
b.
Pusat
Pengisahan
Ialah sudut pandang suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita
disini adalah pribadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita.
Paling tidak ada dua pusat pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan
pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama pencerita duduk
dan terlihat dalam cerita tersebut, biasanya sebagai aku dalam tokoh
cerita. Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlihat dalam cerita tersebut,
ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia, baik
secara lisan maupun tertulis. Hal ini merupakan fungsi dasar bahasa yang tidak
dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status bahasa
tidak dapat ditinggalkan. Konsepsi
bahasa tersebut menunjukkan bahwa sistem lambang bunyi ujaran dan
lambang tulisan digunakan untuk berkomunikasi
dalam masyarakat dan lingkungan akademik. Bahasa yang baik dikembangkan oleh
pemakainya berdasarkan kaidah-kaidahnya yang tertata dalam suatu sistem.
Sastra Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah jenis karangan karya tulis yang
unggul dalam segi originalitas, nilai artistic, dan keindahan isi dan
pengungkapannya. Sastra sendiri berasal dari kata kesusastraan atau susastra.
Su artinya indah dan sastra artinya lukisan atau karangan. Jadi bila
digabungkan arti dari susastra adalah karangan yang indah. Kesusastraan ialah
segala jenis tulisan ataupun karangan yang memiliki nilai kebaikan dengan
penulisan menggunakan bahasa yang indah dan artisitik.
B. Saran
Dalam makalah ini kami menyarankan jika pembaca dapat mengerti
mengenai Bahasa dan Sastra Indonesia. Kami menyadari bahwa
makalah yang ditulis ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritikan yang positif agar dapat mengoreksi kesalahan yang
terdapat dalam makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar